Kamis, 30 Mei 2013

SOSOR NIAPOAN


Terpencil, diam dalam kesunyian
Gagah, tegar dalam kedinginan
Berdiri tegak di tanah bebatuan
Itulah negeriku, Sosor Niapoan


Untuk mencapai kampung halamanku, aku harus memulai perjalanan dari kota Siborong-borong. Lima kilometer ke arah barat, kurang lebih lima belas menit aku tiba di sebuah pertigaan, yang mengisyaratkan aku untuk tidak meluruskan perjalanku. Kemudian aku berbelok ke arah selatan, terus menelusuri jalan kecil beraspal tak beraturan. Mataku menoleh ke kiri dan ke kanan, mencoba mencari tau, perubahan apa yang terjadi di sana. Aku terkejut, ketika mataku melihat rumah penduduk yang berjajar disisi kanan jalanku. Spontan saja aku merasa senang, karena kampung halamanku, telah dilirik orang untuk dijadikan tempat untuk tinggal. Pertanyaannya, darimana mereka mendapatkan ijin membangun di tanah itu, sementara tanah itu adalah tanah warisan keluargaku.