Senin, 04 Februari 2013

TIGA BALATA DIKALA PEKAN


Tiga Balata, kota kecil di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Kota kecamatan yang tenang, kota yang tidak banyak dipengaruhi kehidupan glamour masyarakat perkotaan. Kota ini lebih sering disebut “kampung” oleh penduduk yang berasal dari daerah ini. Kota yang tenang, jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk. Kota ini akan tampak lebih ramai jika jadwal pasar pekan sedang berlangsung. Seperti tampak pada gambar, photo itu diabadikan bertepatan pada hari Jum’at, dimana jadwal pasar berlangsung setiap minggunya. Selebihnya .. hari demi hari akan terasa sepi, tidak banyak kegiatan yang dapat ditemukan di kota kecil ini. Hanya suara kendaraan besar maupun kecil yang berani memecah keheningan kota ini, yang lalu lalang melintasi jalan, datang dan pergi seperti tak mau peduli. 

Tiga Balata kebetulan persis berada di jalan provinsi, jalan yang lebih sering disebut  “jalan raya antar lintas sumatera”. Kecil dan sepi, demikian situasi ketika kaki ini menapak di tanah, di kota Tiga Balata ini. Masyarakat yang berdomisili di sekitar ini, lebih suka menyebut kota ini "balata pokkan". Hari demi hari, kota ini sepi, kecuali pada hari Senin dan Jumat. Pada hari itu saja, yang menjadikan kota kecil ini tampak ramai dengan berbagai aktivitas. Walau kota ini jauh dari keramaian, tetapi hingar bingar kendaraan yang lalu dan lalang, terdengar keras hampir setiap waktu. Kota kecil ini terbelah menjadi dua, oleh jalan provinsi yang terkenal dengan nama Jalan Raya Lintas Sumatera. Sekecil apapun kota ini, tentu sangat dicinta masyarakat yang lahir dan berkembang di kota ini. Begitu juga mereka yang lahir di kota ini, kemudian besar di negeri orang. Apalagi, mereka yang hingga kini masih menetap di kota ini. 

Demikian juga aku. Kecintaanku terhadap kota ini, bukan karena aku lahir dan besar disini.
Tetapi kota ini menyimpan peristiwa besar, yang mempengaruhi sebagian besar hidupku. Dari kota ini aku memboyong seorang wanita, yang kemudian mendampingi aku sampai hidupku kini. Dari kota ini, aku menambah dua lagi orang tua, mereka adalah mertuaku, kakek dan nenek dari anak-anakku.

Sampai Jumpa Balata Pokkan .. !!



Minggu, 03 Februari 2013

JALAN PATUAN ANGGI PEMATANGSIANTAR


Jalan Patuan Anggi (dari Rajawali menuju Martoba), yang oleh masyarakat Pematangsiantar lebih sering disebut Pajak Parluasan. Volume kegiatan di jalan ini setiap hari sangat sibuk. Masyarakat dari berbagai golongan dan lapisan yang berbeda, serta suku bangsa dan agama yang berbeda pula, setiap hari datang ke tempat ini, berbaur menjadi satu, membuat keberagaman itu tampak indah dan mengagumkan.

Pematangsiantar, kota yang terkenal dengan "pareman siantarnya", selalu terlepas dari provokasi yang tak berguna. Hal itu menunjukkan bahwa, betapa tingkat kesadaran akan kebersamaan didalam perbedaan di kota ini, sudah mencapai tingkat yang lebih tinggi dari kota-kota lain di negeri ini. Sebagai seseorang yang berasal dari kota ini, aku sungguh bangga. Aku selalu memiliki kesempatan untuk berangan-angan, jika aku selalu berada di sekitar kota ini. Ya .. Kotamadya Pematangsiantar.

Semoga damai selalu ....... !!

Salam Persaudaraan ........ !!